Hari ini di kala Rembulan Menganti peran mentari
Masih di tempat ku berdiri,
Di tempat ku bermain dengan ilusi dan imajinasi.
Kali ini benar adanya aku tidak sedang menulis tentang mu
Aku hanya mencertiakan tentang rahman kekasih miant,
Perlu ku perkanalkan terlebih dahulu,
dia Rahman, pemuda tampan yang berasal dari sudut bumi bagian timur
dia rahman yang mati di kala aku tak berdaya dalam berilusi.
rahman berjalan menelusuri setiap ruang sudut bumi
menunduk dan merunduk pada hari
mencari keberadaan kekasih hati
Hingga tiba pada hari yang telah di abadikan untuk temu
Rahman menanti di bangku tua dengan pancaran senja pagi
sepuluh, dua puluh, tiga puluh terdengar suara waktu.
kekasih tak kunjung melambai
Sesampainya mentari menyapa senja di ujung pantai pulau gowa
rahman nampak terjaga di bangku tua
tak beranjak dari secangkir kopi pahit pelipur lara
yang resah menanti kekesih yang tak kunjung terlihat rupa warna
Terdengar gemuru langit yang hendak memberi tanda
Badai menyapa sudut bumi dengan penuh resah
belum usai waktu bersuara dan memberi aba-aba
tangisan langit di sambut senja
Tanpa pikir panjang rahman beranjak tertinggal kalung hitam miliknya
Badai tak lama menyapa, setelahnya pergi tanpa meninggalkan sisa.
0 komentar:
Posting Komentar